Metode Sentra untuk Perkembangan Anak

Mencari sekolah boleh dibilang salah satu hal yang kerap membuat galau banyak orangtua. Banyak sekali pertimbangan yang dilakukan, terutama sekolah untuk anak usia dini, di mana dalam periode emas pertumbuhannya.

Jarak, biaya dan metode pengajaran biasanya jadi bahan pertimbangan utama. Metode pengajaran jangan sampai luput dari perhatian, karena hal tersebut yang akan ditanamkan pada anak dan membentuk konsep pemikiran dan karakternya.

Nah, salah satu yang metode pengajaran yang kini banyak dibahas adalah metode sentra. Metode pendidikan ini tak hanya mengajarkan ilmu akademik pada murid. Lebih dari itu, anak juga dibekali ilmu kehidupan untuk bekal hidupnya.

Apa Itu Metode Sentra

Dalam metode sentra, anak tidak hanya memiliki satu guru di sekolah, tetapi ada tiga ‘guru’ yang sangat penting. Dua guru lainnya adalah orangtua di rumah dan lingkungannya.

Metode Sentra dijalankan berdasarkan tahap perkembangan anak. Momen perkembangan anak benar-benar dimonitor agar guru dan orangtua bisa mengevaluasi secara cepat.

“Tidak hanya aspek kemampuan akademik, tapi fisik serta sikap dan perilaku jadi sangat komprehensif. Kelas tak hanya jadi arena membangun kemampuan akademik tapi juga membekali ilmu kehidupan. Terdengar filosofis tapi memang begitulah adanya,” tulis Rhenald Kasali dalam bukunya “SENTRA” yang diterbitkan oleh Penerbit Exposè dan Mizan.

Prinsip Penting Metode Sentra

Menurut Rhenald untuk menghadapi kehidupan masa depan yang sangat menantang, pembekalan akademik saja tak akan cukup. Anak harus dibekali dengan ilmu-ilmu non akademik yang akan membentuk karakternya dan kemampuannya dalam menghadapi masalah dan menjawab tantangan.

Ia pun mengungkap ada enam prinsip penting dalam Metode Sentra. “Saya berbincang dengan Wismiarti Tamin, yang kembangkan Metode Sentra di Indonesia dan mendapatkan prinsip-prinsip utama dalam Metode Sentra,” ungkap Rhenald.

1. Kebutuhan anak
Prinsip pertama yaitu semua pihak menyadari kalau pendidikan harus didasarkan pada kebutuhan anak. Karena itu kegiatan pembelajaran harus sealu mengacu pada tujuan pemenuhan kebutuhan perkembangan anak secara individu. Hal ini sangat penting karena tiap anak berbeda. Baik dalam hal kemampuan, bakat, dan ketertarikan.

2. Dunia Bermain
Dunia anak adalah dunia bermain. Maka selayaknya konsep pendidikan anak usia dini dirancang untuk bermain. Anak akan belajar banyak hal dan termotivasi melalui permainan yang menyenangkan. Misalnya belajar berhitung menggunakan mainan balok atau batu, atau mainan yang menarik baginya.

Prinsip Sistematis dan Kecakapan Hidup

3. Sistematis

Kegiatan pembelajaran dirancang secara cermat untuk membangun sistematikan kerja. Di sini, anak diajarkan untuk membuat pilihan dari serangkaian kegiatan, fokus apa yang dikerjakan dan berusaha menyelesaikan hingga tuntas.

Hal ini berkaitan dengan executive functions, yaitu kemampuan otak untuk mengelola perhatian, emosi dan perilaku agar bisa mencapai tujuan.

4. Kecakapan hidup
Kegiatan pembelajaran berorientasi pada pengembangan kecakaan hidup anak, yaitu membantu anak menjadi mandiri, disiplin dan mampu bersosialisasi. Serta memiliki keterampilan dasar yang berguna bagi kehidupannya kelak.

5. Tahap perkembangan anak

Pendidikan dilaksanakan secara bertahap dan berulang dengan mengacu pada prinsip perkembangan anak. Stimulus pendidikan bersifat menyeluruh dan mencakup semua aspek.

6. Pijakan
Dalam kegiatan main, anak akan lebih banyak belajar bila mendapat pijakan (scaffolding) dari guru. Pijakan ini berupa metode khusus yang membuat anak mempelajari banyak konsep dan hal baru saat bermain.

Itulah prinsip yang dipegang dalam Metode Sentra, pendidikan apa yang akan anda pilih untuk buah hati semuanya menjadi pilihan anda sebagai orangtua. Pastinya, perkembangan anak dimulai sejak usia 0 tahun dan harus diarahkan oleh orangtua.

Artikel diterbitkan oleh Mutia Nugraheni di dream.co.id

Leave a Reply