Bung Karno, Soviet dan Imam Bukhari

Siapa tak kenal Bung Karno alias Soekarno, presiden pertama Republik Indonesia. Sang proklamator. Tapi, tak banyak yang mengetahui sosok keislaman sang pemimpin besar revolusi ini. Salah satunya adalah kedekatan Bung Karno dengan dunia Islam.

Dalam buku karya Rahmat Sahid ini, Ensiklopedia Keislaman Bung Karno,  antara lain dikisahkan peran Bung Karno dalam memfungsikan kembali Masjid Biru di Uni Soviet (kini Rusia). Tepatnya Masjid Agung Leningrad (kini Masjid Agung St Petersburg) Rusia.

Makam Imam Bukhari

Halaman 167 buku itu mengisahkan, Masjid Biru itu berfungsi sebagai gudang saat Bung Karno berkunjung ke St Petersburg tahun 1956. Saat melintasi Trinity Bridge, Bung Karno tertarik pada sebuah gudang berkubah. Melihat bentuknya ia yakin itu adalah masjid. Ia lalu membatalkan sejumlah agenda demi mengetahui lebih jauh bangunan yang berfungsi sebagai gudang itu.

Ternyata gudang itu tidak hanya memiliki kubah tapi juga dua menara kembar. Hal ini makin meyakinkan Bung Karno bahwa gudang itu adalah sebuah masjid. Maka ketika ia bertemu dengan Presiden Uni Soviet Nikita Khrushchev, Bung Karno meminta masjid itu difungsikan kembali sebagaimana semula. Masjid itu dibangun tahun 1910.

Jejak Bung Karno juga terlihat di Masjid Agung Moskow (halaman 171-173). Saat peresmian kembali masjid itu setelah restorasi oleh Presiden Rusia Vladimir Putin, 24 September 2015, panitia renovasi memutar film dokumenter yang antara lain memperlihatkan kunjungan Presiden Soekarno ke masjid itu pada tahun 1959. Masjid Agung Moskow yang didirikan tahun 1904 itu kini menjadi masjid terbesar di Eropa.

Tidak hanya itu, jejak Soekarno juga tampak di makam ahli hadis Imam Bukhari. Saat Nikita Khrushchev mengundang Soekarno untuk berkunjung ke Soviet pada tahun 1961, presiden pertama RI itu meminta syarat agar Khrushchev menemukan makam Imam Bukhari agar Soekarno bisa berziarah ke makam itu.

Setelah makam itu ditemukan, Bung Karno juga meminta kepada Khrushchev untuk merawat makam itu. Jika Soviet ‘tidak bisa’ merawatnya, Soekarno minta agar makam itu dipindahkan saja ke Indonesia (halaman 176). Makam itu terdapat di Samarkand, Uzbekistan, yang saat itu menjadi bagian negara Uni Soviet.

Atas ‘tekanan’ Bung Karno maka Soviet merawat makam itu. Sejak itulah makam perawi hadis itu banyak dikunjungi orang, khususnya umat Islam dari seluruh dunia. Dan nama Soekarno sangat terkenal di Samarkand, khususnya di kalangan para ulama.

Diresensi oleh Rusdiono Mukri dan dimuat di gontornews.com

Leave a Reply